/* footer_wrapper ---------------------------- */ #footer_wrapper{ width: 100%; position: relative; float: left; background:#ff69b4; border: px solid #ff0000; padding:%; } #footer_wrapper1{ float:left; width:30%; margin:1px; background:#7cfc00; padding:1%; } #footer_wrapper2{ float:left; width:30%; margin-top:1%; margin-bottom:1%; background:#7cfc00; padding:1%; } #footer_wrapper3{ float:left; width:30%; margin:1%; background:#7cfc00; padding:1%; }

Thursday 26 December 2013

KISAH SEORANG IMAM MASJID DI LONDON



Seorang imam masjid di London, setiap hari pergi pulang dari rumahnya ke
masjid dengan mengendarai bus umum.
Ongkos bus tersebut dibayar pakai
kartu (card), atau langsung ke sopir karena bus tidak memiliki kondektur.

Setelah bayar, baru kemudian cari tempat duduk kosong.
Sang imampun bayar ongkos pada sopir lalu menerima kembalian,
sebab hari itu ia tidak punya uang pas…
baru kemudian duduk di bangku
belakang yang kosong.
Di tempat duduknya dia menghitung uang kembalian dari sopir yang
ternyata lebih 20 sen.

Sejenak iapun terpikir..
Apakah uang ini dikembalikan atau tidak..?
Ah cuma 20 sen ini…
ah dia (sopir) orang kafir ini…
atau akanku masukan saja ke kotak amal di masjid…?

Setelah sampai di tempat tujuan, ia pun hendak turun bus dengan berjalan
melewati sopir bus tersebut.

Dalam hatinya masih bergejolak atas uang 20 sen itu, antara dikembalikan atau tidak.

Namun ketika sampai di dekat
sopir, spontan iapun mengulurkan 20 sen sambil berkata:
“Maaf , Uang kembaliannya tadi berlebih 20 sen”.

Tanpa disangka tanpa dinyana...
sopir itu mengacungkan jempol seraya
berkata: “Anda berhasil..!!!”

“Apa maksud anda..?” Tanya imam masjid.

“Bukankah anda imam masjid yang di sana tadi ?”
Tanya sopir.

“Betul” jawabnya

Lantas sopir itu berkata…
“Sebenarnya sejak beberapa hari ini saya ingin datang ke masjid anda
untuk belajar dan memeluk Islam..
tapi timbul keinginan di hati saya untuk
menguji anda sebagai imam masjid, apa benar Islam itu seperti yang saya
dengar: jujur, amanah dan sebagainya.
Saya sengaja memberikan kembalian berlebih dan anda berhasil.
Saya akan masuk Islam”. Kata sopir
tersebut..

Subhanallah...
Alangkah tercengangnya imam masjid tersebut,
sambil beristighfar berkali-kali menyesali apa yang dipikirkannya tadi.
Hampir saja ia kehilangan kepercayaan hanya dengan uang 20 sen itu.

Allah SWT berfirman :
“Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu
mengurangi neraca itu”
(QS ar-Rahman [55]: 9).

Keutamaan Jujur Nabi SAW menganjurkan umatnya untuk selalu jujur karena kejujuran
merupakan mukadimah akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya
kepada akhlak tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi SAW, ...
“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan.”

Sifat jujur merupakan alamat keislaman, timbangan keimanan, dasar
agama, dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut.
Baginya kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat.
Dengan kejujurannya, seorang
hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari
segala keburukan.

Sahabat fillah, Semoga kisah diatas menjadikan pelajaran bagi kita untuk
senantiasa bersikap jujur,
amanah dan berakhlak mulia sebagai seorang muslim sejati dimana pun dan kapan pun kita berada. ..

Berhiaslah dengan akhlak yang mulia .. Aamiin.

No comments:

Post a Comment