Turns chocolate has benefits and dangers too, want to know the info here it is.
1. Benefits of eating chocolate
The content of chocolate, namely epicathecin flavonols, proved to be beneficial for heart health. The remark was made by researchers from the Heinrich-Heine University. Expected results of the research could encourage a new treatment method for maintaining heart health.The study was conducted on volunteers Kuna Indians who live on the San Blas Islands, near the coast of Panama. High
blood pressure or other signs of heart disease is rare in people
because they consume large amounts of flavonols, which are contained in
chocolate, is 3-4 glasses a day.However, the Kuna who migrated to Panama City only consume 4 cups of cocoa a week. Compared
to the move to the mainland, the content of nitrogen oxides in the
urine as those who remained on the island of San Blas is two times
greater. Nitrogen oxides are chemical constituents that contribute to blood flow in the arteries. The study showed that epicathecin affect circulation in heart health. Brown
besides functioning heart health, lowering blood pressure and improving
blood flow also reduces the risk of death in patients who survived a
heart attack when consumed as much as 2 to 3 times per week.This was disclosed by researchers from the Karolinska Institute in Stockholm. They found that consuming chocolate 3-fold risk of experiencing more deaths than patients who survived did not eat chocolate. According
to study leader Imre Janszky, this is the first study to find that
chocolate can help patients who have suffered a heart attack. But
this does not apply to sweets in general. "This special applies only to
chocolate, we did not find any benefit of other sweet foods," said
study co-author Kenneth Mukamal, as quoted by FoxNews website.In
this study, researchers tracked 1169 nondiabetic patients (men and
women) aged 45-70 years in Stockholm County during the early 1990's. The researchers followed their progress from when he first admitted to the hospital due to a heart attack first. Before
the patient leaves the hospital, the researchers memintai information
about their eating habits during the previous year, including the amount
of chocolate they eat regularly. Next,
participants were asked to undergo a medical examination after 3 months
out of the hospital and monitored for 8 years thereafter.2. Danger Brown
Chocolate
as a snack comes after a leading medical journal in the latest edition
states that the properties of chocolate is now widely "misused". For it to be considered again. In
the journal Lancet reported that many chocolate manufacturers are now
actually removes the content of flavanols that it tastes bitter. As a result, many chocolate products on the market today only predominantly fat and sugar. Though both of these substances it is the enemy of the heart and blood vessels.Many studies have suggested that eating chocolate can reduce the risk of heart disease, lower blood pressure and relieve tired. But
according to an article written in the journal Lancet, chocolate can
actually deceive. "When companies make chocolate candy, natural brown
solid material which makes the color becomes black and flavanols which
tastes bitter, it is eliminated. Hence, it looks dark chocolate can be no flavanol."Consumers
are always blinded by the flavanol content of chocolate because
manufacturers rarely provide this information in the description of the
product," wrote the Lancet.The
journal also pointed out that although the flavanols contained in the
cocoa products, chocolate lovers must remain alert to substances or
other ingredients. "Devil in dark chocolate is the fat, sugar and calories contained in it. To
get the properties for health, for that love to eat dark chocolate in
moderation should balance it by reducing the intake of other foods. This job is not easy even for the diligent keeping caloric intake though, "said the Lancet.
Indonesia
Manfaat makan coklat dan bahayanya
ternyata coklat mempunyai manfaat dan bahaya juga, ingin tahu infonya ini dia.
1. Manfaat makan coklat
Kandungan
coklat, yaitu epicathecin flavonol, terbukti bermanfaat untuk kesehatan
jantung. Hal itu dikemukakan oleh para peneliti dari Heinrich-Heine
University. Diharapkan hasil penelitian tersebut dapat mendorong adanya
metode pengobatan yang baru untuk menjaga kesehatan jantung.
Penelitian
dilakukan pada sukarelawan Kuna Indian yang tinggal di Pulau San Blas,
dekat pantai Panama. Tekanan darah yang tinggi maupun tanda-tanda
lainnya dari penyakit jantung cukup jarang ditemui pada kaum mereka
karena mereka mengonsumsi flavonol dalam jumlah yang besar, yang
terkandung dalam coklat, yaitu 3-4 gelas setiap hari.
Namun,
orang-orang Kuna yang bermigrasi ke kota Panama hanya mengonsumsi coklat
4 gelas per minggu. Dibandingkan dengan yang pindah ke daratan,
kandungan nitrogen oksida dalam urine mereka yang tetap tinggal di Pulau
San Blas adalah dua kali lebih besar. Nitrogen oksida adalah kandungan
kimia yang berperan untuk aliran darah dalam arteri. Penelitian itu
menunjukkan bahwa epicathecin mempengaruhi sirkulasi dalam kesehatan
jantung. Coklat selain berfungsi menjaga kesehatan jantung, menurunkan
tekanan darah dan memperlancar aliran darah juga mengurangi risiko
kematian pada pasien serangan jantung yang selamat jika dikonsumsi
sebanyak 2 hingga 3 kali per minggu.
Hal ini diungkapkan oleh
para peneliti dari Karolinska Institute di Stockholm. Mereka menemukan,
pengonsumsi cokelat berisiko 3 kali lipat lebih kecil mengalami kematian
dibandingkan pasien selamat yang tidak makan cokelat. Menurut pemimpin
studi Imre Janszky, ini merupakan studi pertama yang menemukan kalau
cokelat bisa membantu pasien yang telah mengalami serangan jantung.
Tetapi hal ini tidak berlaku pada makanan manis pada umumnya.”Ini hanya
berlaku khusus pada cokelat, kami tidak menemukan manfaat apa pun dari
makanan manis lainnya,” tutur co-author studi Kenneth Mukamal, seperti
dikutip situs foxnews.
Dalam studi ini, para peneliti mengikuti
perkembangan 1.169 pasien nondiabetes (laki-laki dan perempuan) yang
berusia 45-70 tahun di Stockholm County sepanjang awal tahun 1990-an.
Para peneliti mengikuti perkembangan mereka mulai dari saat pertama kali
dirawat di rumah sakit akibat serangan jantung pertama. Sebelum pasien
meninggalkan rumah sakit, para peneliti memintai keterangan mengenai
kebiasaan makan mereka sepanjang setahun sebelumnya, termasuk jumlah
cokelat yang mereka konsumsi secara teratur. Selanjutnya, partisipan
diminta menjalani pemeriksaan kesehatan setelah 3 bulan keluar dari
rumah sakit dan dimonitor selama 8 tahun setelahnya.
2. Bahaya Coklat
Coklat
sebagai kudapan muncul setelah sebuah jurnal kesehatan ternama dalam
edisi terbarunya menyatakan bahwa khasiat coklat kini sudah banyak
“disalah gunakan”. Untuk itu perlu dipertimbangkan lagi. Pada jurnal
Lancet yang melaporkan bahwa banyak produsen coklat kini justru
menghilangkan kandungan flavanols karena rasanya yang pahit. Walhasil,
banyak produk coklat yang beredar di pasaran saat ini hanya didominasi
lemak dan gula saja. Padahal kedua zat ini justru merupakan musuh bagi
jantung dan pembuluh darah.
Banyak riset yang menyatakan bahwa
mengkonsumsi coklat dapat mengurangi risiko penyakit jantung, menurunkan
tekanan darah dan menghilangkan capek. Tetapi menurut artikel yang
ditulis dalam jurnal Lancet, coklat justru bisa memperdaya.“Ketika
perusahaan coklat membuat gula-gula, bahan coklat alami padat yang
membuat warna menjadi lebih hitam serta flavanols yang rasanya pahit,
justru dihilangkan. Oleh karena itulah, coklat yang terlihat hitam pun
bisa jadi tidak mengandung flavanol.
“Konsumen juga selalu dibuat
buta dengan kandungan flavanol dalam coklat sebab produsen jarang
memberi keterangan mengenai informasi ini dalam produknya,” tulis
Lancet.
Jurnal tersebut juga menekankan bahwa meskipun flavanols
terkandung dalam sebuah produk coklat, para pecinta coklat harus tetap
mewaspadai zat atau kandungan lainnya. “Setan dalam coklat hitam adalah
lemak, gula dan juga kalori yang terkandung di dalamnya. Untuk
mendapatkan khasiatnya buat kesehatan, untuk yang suka makan coklat
hitam dalam jumlah sedang harus menyeimbangkannya dengan mengurangi
asupan makanan lainnya. Ini pekerjaan yang tak mudah bahkan untuk yang
rajin menjaga asupan kalori sekalipun,” ungkap Lancet.
No comments:
Post a Comment